Sabtu, 02 Mei 2015

Aku dan sebundel mimpi

Dari kecil aku selalu bermimpi, mimpi ini sangat besar. Seakan-akan mimpi ini seperti fiksi dongeng yang berakhir bahagia. Tetapi, aku bukan seorang fiktif, aku hidup di dunia nyata. Mimpiku itu memang sulit tercapai untuk orang sepertiku, lain halnya dengan orang lain. Mereka akan dengan mudah mendapatkan mimpinya yang juga merupakan mimpiku.


Mimpiku memang sederhana, yaitu sekolah di luar negeri. Alasanku untuk sekolah ke luar negeri adalah untuk melihat dunia lebih luas. Aku tidak ingin hanya terus berada di sebuah boks yang luas tapi tertutup. Tetapi banyak sekali hambatan yang membuat mimpiku ini hanya menjadi sebuah lamunan. Hal yang merupakan penghambatku adalah biaya.


Aku bukan berasal dari keluarga kaya raya yang dapat membayar penuh uang sekolah di luar negeri. Namun, aku selalu ingat sebuah pesan dari seorang yang selalu menginspirasiku, “...Jangan pernah takut mendaftar karena biaya..” Kata-kata ini selalu menghidupkan mimpiku yang kadang redup oleh penghambat itu. Kata-kata ini selalu menjadi penyemangatku dalam meraih mimpi besarku ini.


Dari SMP sudah banyak hal yang saya persiapkan untuk mimpi ini. Saya pernah mendaftar beasiswa secondary school di Singapura. Tetapi setelah saya mendapat email untuk mengikuti tes tersebut, saya membatalkanya. Tes tersebut dilaksanakan tepat saat acara wajib sekolah saya. Sebenarnya, saya membatalkanya bukan tanpa alasan yang lebih baik. Saya juga rasa persiapan untuk tes tersebut sangat tidak matang, banyak materi tes yang belum saya kuasai. Jadi, kemungkinan besar saya gagal untuk tes tersebut.

Logo UWC
Namun, saya tidak akan pernah menyerah. Saya mulai membuat rencana baru untuk mimpi saya. Yang pertama adalah, saya akan mencoba beasiswa UWC (United World College). UWC terdapat di beberapa negara di dunia, yang terdekat di Singapura. UWC ini semacam foundation program atau setingkat sma selama 2 tahun. Selepas UWC, saya dapat mengikuti ujian SAT untuk mendaftar universitas di amerika, atau mengikuti ujian IB untuk mendaftar di universitas beberapa negara. Untuk jalur saya yang pertama ini, saya akan mencoba mendaftar di McGill University (Canada) atau University of Australia.

Namun, mendapatkan beasiswa penuh UWC tidak semudah mendapatkan beasiswa parsial yang ditawarkan. Oleh karena itu, saya merencanakan sebuah rencana lain. Rencana kedua ini dapat saya laksanakan selepas lulus SMA nanti. Yaitu mendaftar di salah satu universitas di Singapura, NTU. Sebagai siswa Indonesia yang menggunakan kurikulum nasional, sangat sulit untuk memasuki universitas top di berbagai negara. Bahkan untuk menjadi mahasiswa NTU dengan hasil UN hanya dapat didaftarkan setelah satu tahun ajaran. Hal ini berarti saya harus menunggu 1 tahun untuk dapat masuk ke universitas tersebut. Harapan saya menjadi semakin pudar.


Namun, ungkapan “Banyak sekali jalan menuju roma” itu benar adanya. NTU mengadakan seleksi sendiri untuk calon mahasiswa internasional setiap tahun. Tes tersebut diadakan beberapa bulan sebelum tahun ajaran baru. Ini berarti saya dapat langsung menjadi mahasiswa tersebut tanpa harus menunggu 1 tahun ajaran. 1 tahun menganggur itu tidak enak loh. Kemudian, tes tersebut terdiri dari 3 buah tes yaitu, Matematika (A/AO level tergantung jurusan), Bahasa Inggris (Wajib), dan Fisika/Kimia (Tergantung jurusan). Semua tes tersebut menggunakan kurikulum gce Singapura. Yang berarti sulit untuk siswa seperti saya. Tetapi, semua itu dapat dikejar kan? Semoga saya beruntung untuk tes NTU AY 2017/2018. 





3 komentar:

  1. Begitu masalahkah sebuah ketidakonsisten saya dalam menulis pronomina?

    BalasHapus
  2. Kita harus lulus tahap administrasi dulu kan ya bang? Itu dulu abang gimana cara ngisinya? Aku mau daftar uwc tahun ini

    BalasHapus