Penghabisan dari kalender itu
biasanya ditandai dengan banyak sekali resolusi yang dibuat. Entah itu sebuah
resolusi yang sederhana ataupun sesuatu yang jauh di atas sana. Banyak orang
yang percaya bahwa resolusi dapat menjadi penyemangat dalam menjalani lembaran
baru. Tidak sedikit juga yang hanya semangat pada awal pembuatannya tetapi lupa
setelahnya. Kemudian akan mengulang kegagalan yang sama pada tahun selanjutnya.
Saya ingat bahwa resolusi saya
beberapa tahun ke belakang cukup sederhana, yakni menghargai waktu. Waktu yang
berlimpah ini kadang kita lupakan keberadaannya. Kita hanya bisa
menghabiskannya tanpa memaknai lebih atas penguranganya yang berjalan terus
menerus. Sampai pada suatu titik dimana kita merasa ada yang salah pada diri
kita dan berusaha untuk merubahnya. Begitulah bagaimana resolusi saya ini
dibuat, saya merasa ada sesuatu yang salah pada diri ini.
Melihat ke belakang lebih jauh,
saya dapat melihat diri saya sebagai orang yang ceroboh. Saya lebih senang
menghabiskan waktu untuk leyeh-leyeh.
Berbaring di kasur yang empuk dan tidak melakukan apa-apa. Saya merasa bahagia
kala itu tanpa menyadari bahwa waktu yang saya miliki terbuang tanpa sesuatu
yang berarti. Walaupun di sela kegiatan tersebut saya mencoba untuk menikmati
buku, film, dan banyak hal yang menurut saya itu menyenangkan.
Kejenuhan pada akhirnya muncul
pada kondisi ini. Terbersit di pikiran saya bahwa saya harus melakukan hal lain
yang dapat berarti lebih, bukan sekedar sebuah kondisi dimana hasrat untuk
mendapatkan kesenangan itu terpenuhi. Saya akhirnya mencobai memaknai hidup.
Hidup yang terus ditunggui oleh
waktu ini kadang membuat saya jenuh dan waktu itu sendiri pun merasa hal yang
sama. Melihat saya melakukan kegiatan yang datar dan bisa ditebak kelanjutanya
sungguh pemandangan yang suram.
Memaknai hidup
menurut saya adalah merasakan kebahagiaan tanpa bantuan dari benda-benda yang
bersifat material. Benda-benda yang bersifat fana dan tidak benar-benar membuat
saya bahagia. Alih-alih membuat bahagia, benda-benda ini lambat laun membuat
saya tidak bahagia karena ingin sesuatu yang lebih. Sesuatu yang sama-sama
bersifat material dan biasanya hanya dilapisi oleh kemasan baru.
Hingga pada
tahun 2015 kemarin saya membaca buku yang bagus. Sebuah buku yang membuat saya
tergugah untuk menjadi pribadi yang lebih bahagia. Tanpa harus berjibaku ke
dalam suatu hal-hal yang bersifat kesenangan sesaat. Buku tersebut akhirnya
membantu saya untuk lebih bahagia dengan waktu yang relatif ini.
Pikirkan sebuah
teh yang murah bahkan dapat memberikan kebahagian pada diri individu. Menyeduh
teh tersebut pelan-pelan sambil menghirup aromanya sungguh membuat kejernihan
serta ketenangan dalam hati saya. Menyeruputnya sedikit demi sedikit serta
menikmati setiap tegukannya. Bahkan ritual ini saya sering lakukan ketika
stress menyerang.
Bukankah
kebahagian itu sederhana? Kita sendiri yang hanya bisa membuatnya rumit seperti
benang-benang kusut yang sulit diatur. Mengomel sana dan sini dan hanya
menghabiskan waktu untuk meminta sesuatu yang bersifat sesaat tersebut. Padahal
bila kita berdiam sejenak dan melihat sekitar kita, kita akan menemukan
kebahagian itu sendiri.
Kebahagian yang
murah tetapi dapat bertahan dan bermakna lebih lama. Sesuatu tersebut akan
selalu ada untuk kita. Tidak pernah dirinya pergi untuk meninggalkan kita
seperti hal yang mewah tersebut. hal-hal mewah tersebut setelah diyakini telah
habis masa gunanya akan dibuang sia-sia. Pada akhirnya kita kembali membuat
rasa keingan untuk barang-barang lainya.
Begitulah
siklus sebuah manusia yang mendamba sebuah materi. Tidak pernah luput dari hal
yang sifatnya bisa ditebus dengan sebuah uang. Setiap hari hanya berusaha untuk
mendapatkan ini itu padahal semuanya bisa digantikan dengan sesuatu yang
bernama hidup sederhana.
Bukankah begitu
nikmatnya hidup tanpa bergelayutan telepon sana-sini yang terus-terusan
memanggil. Atau hanya sekedar tumpukan kerjaan yang sudah memanggil kita untuk
menemaninya.
Itulah mengapa
tahun ini saya akan mencoba hidup lebih sederhana. Tanpa sesuatu yang bersifat
fana semata.