Jumat, 04 Maret 2016

2016

Penghabisan dari kalender itu biasanya ditandai dengan banyak sekali resolusi yang dibuat. Entah itu sebuah resolusi yang sederhana ataupun sesuatu yang jauh di atas sana. Banyak orang yang percaya bahwa resolusi dapat menjadi penyemangat dalam menjalani lembaran baru. Tidak sedikit juga yang hanya semangat pada awal pembuatannya tetapi lupa setelahnya. Kemudian akan mengulang kegagalan yang sama pada tahun selanjutnya.

Saya ingat bahwa resolusi saya beberapa tahun ke belakang cukup sederhana, yakni menghargai waktu. Waktu yang berlimpah ini kadang kita lupakan keberadaannya. Kita hanya bisa menghabiskannya tanpa memaknai lebih atas penguranganya yang berjalan terus menerus. Sampai pada suatu titik dimana kita merasa ada yang salah pada diri kita dan berusaha untuk merubahnya. Begitulah bagaimana resolusi saya ini dibuat, saya merasa ada sesuatu yang salah pada diri ini.

Melihat ke belakang lebih jauh, saya dapat melihat diri saya sebagai orang yang ceroboh. Saya lebih senang menghabiskan waktu untuk  leyeh-leyeh. Berbaring di kasur yang empuk dan tidak melakukan apa-apa. Saya merasa bahagia kala itu tanpa menyadari bahwa waktu yang saya miliki terbuang tanpa sesuatu yang berarti. Walaupun di sela kegiatan tersebut saya mencoba untuk menikmati buku, film, dan banyak hal yang menurut saya itu menyenangkan.

Kejenuhan pada akhirnya muncul pada kondisi ini. Terbersit di pikiran saya bahwa saya harus melakukan hal lain yang dapat berarti lebih, bukan sekedar sebuah kondisi dimana hasrat untuk mendapatkan kesenangan itu terpenuhi. Saya akhirnya mencobai memaknai hidup.

Hidup yang terus ditunggui oleh waktu ini kadang membuat saya jenuh dan waktu itu sendiri pun merasa hal yang sama. Melihat saya melakukan kegiatan yang datar dan bisa ditebak kelanjutanya sungguh pemandangan yang suram.

Memaknai hidup menurut saya adalah merasakan kebahagiaan tanpa bantuan dari benda-benda yang bersifat material. Benda-benda yang bersifat fana dan tidak benar-benar membuat saya bahagia. Alih-alih membuat bahagia, benda-benda ini lambat laun membuat saya tidak bahagia karena ingin sesuatu yang lebih. Sesuatu yang sama-sama bersifat material dan biasanya hanya dilapisi oleh kemasan baru.

Hingga pada tahun 2015 kemarin saya membaca buku yang bagus. Sebuah buku yang membuat saya tergugah untuk menjadi pribadi yang lebih bahagia. Tanpa harus berjibaku ke dalam suatu hal-hal yang bersifat kesenangan sesaat. Buku tersebut akhirnya membantu saya untuk lebih bahagia dengan waktu yang relatif ini.

Pikirkan sebuah teh yang murah bahkan dapat memberikan kebahagian pada diri individu. Menyeduh teh tersebut pelan-pelan sambil menghirup aromanya sungguh membuat kejernihan serta ketenangan dalam hati saya. Menyeruputnya sedikit demi sedikit serta menikmati setiap tegukannya. Bahkan ritual ini saya sering lakukan ketika stress menyerang.

Bukankah kebahagian itu sederhana? Kita sendiri yang hanya bisa membuatnya rumit seperti benang-benang kusut yang sulit diatur. Mengomel sana dan sini dan hanya menghabiskan waktu untuk meminta sesuatu yang bersifat sesaat tersebut. Padahal bila kita berdiam sejenak dan melihat sekitar kita, kita akan menemukan kebahagian itu sendiri.

Kebahagian yang murah tetapi dapat bertahan dan bermakna lebih lama. Sesuatu tersebut akan selalu ada untuk kita. Tidak pernah dirinya pergi untuk meninggalkan kita seperti hal yang mewah tersebut. hal-hal mewah tersebut setelah diyakini telah habis masa gunanya akan dibuang sia-sia. Pada akhirnya kita kembali membuat rasa keingan untuk barang-barang lainya.

Begitulah siklus sebuah manusia yang mendamba sebuah materi. Tidak pernah luput dari hal yang sifatnya bisa ditebus dengan sebuah uang. Setiap hari hanya berusaha untuk mendapatkan ini itu padahal semuanya bisa digantikan dengan sesuatu yang bernama hidup sederhana.

Bukankah begitu nikmatnya hidup tanpa bergelayutan telepon sana-sini yang terus-terusan memanggil. Atau hanya sekedar tumpukan kerjaan yang sudah memanggil kita untuk menemaninya.

Itulah mengapa tahun ini saya akan mencoba hidup lebih sederhana. Tanpa sesuatu yang bersifat fana semata. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar