Sabtu, 22 Agustus 2015

Membaca dan Menulis


Saya ingat, ketika masih kecil saya tidak suka membaca buku. Saya lebih sering menghabiskan waktu saya untuk bermain komputer dan menonton TV. Padahal, saya dulu sering membeli banyak buku. Saya ingat pernah membeli buku seri Harry Potter ketika masih SD dan baru terbaca ketika SMP. Sungguh miris memang, baru sekarang saya mulai ketagihan membaca.

Membaca bukan selalu berarti membaca buku. Membaca artikel ataupun majalah merupakan kegiatan membaca. Ketika SMP, minat saya membaca mulai  tumbuh dengan seringnya membaca artikel di Internet. Banyak sekali artikel yang saya baca, mulai dari artikel tentang teknologi, ilmu pengetahuan, masalah sosial, dan bahkan artikel kesehatan. Saya menikmati setiap informasi yang saya dapatkan ketika membaca. Sekarang, saya sering membaca buku, mulai dari buku umum hingga buku novel.

Pernah saya membaca suatu kutipan dari seorang ilmuwan yang intinya menyuruh kita mengurangi membaca dan mulai berpikir. Memang, ketika membaca kita hanya akan disuguhkan dengan berjuta informasi. Namun, sedikit yang membuat kita memikirkan hal tersebut setelahnya. Kita seakan melahapnya mentah-mentah tanpa berpikir panjang mengenai hal tersebut. Otak kita memang terisi tetapi tanpa ketajaman berpikir yang baik. Tetapi, dengan membaca juga sebenarnya akan membantu kita dalam berbicara, kita dapat beragumentasi dengan suatu bukti yang kuat dari apa yang telah kita baca.  

Sekarang saya senang menulis. Walaupun tidak produktif dan jarang mengeluarkan tulisan utuh. Saya menyadari bahwa menulis dapat menutupi kekurangan dari kegiatan membaca. Dengan menulis saya dapat menajamkan pikiran saya. Saya dapat mencurahkan pemikiran saya terhadap suatu hal, mungkin juga dapat berupa apa yang telah saya baca. Semua itu dapat membantu menutupi borok dari kegiatan membaca.

Saya ingat sekitar 3 tahun lalu ketika saya memulai blog ini. Ketika itu saya masih duduk di kelas 8. Sungguh, tidak pernah terpikirkan oleh saya bahwa saya akan terus menulis blog ini sampai sekarang. Pada waktu itu banyak sekali entri-entri yang saya tulis asal-asalan. Saya menulis curhatan, lirik lagu, dan juga cerita-cerita yang pada akhirnya terkesan tidak nyambung. Namun, hal tersebut membuat saya terus belajar menulis. Terus memproses saya menjadi penulis yang lebih baik lagi.

Salah satu hal yang saya juga sukai dari menulis adalah menulis dapat menata pikiran saya. Selain dengan menulis menata pikiran dapat dilakukan dengan berkata sesuai kaidah bahasa. Menata pikiran dapat membuat kita berpikir sistematis dan kronologis. Hal tersebut sangat bermanfaat di kehidupan sehari-hari.

Katanya, orang yang suka membaca akan memiliki tulisan yang bagus. Tulisan-tulisannya akan bercermin pada apa yang telah ia baca. Banyak pengetahuan dan hal-hal yang akan mempengaruhi pandangan seseorang pada suatu hal karena membaca. Hal tersebut yang pada akhirnya akan menghidupkan tulisan seseorang menjadi lebih enak untuk dibaca.

Mungkin, agak bingung menangkap tulisan ini. Bingung terhadap fokus pada tulisan ini. Menuliskah atau membaca? Sebenarnya saya ingin menyatukannya menjadi suatu kesatuan membaca dan menulis. Orang tidak akan bisa menulis tanpa membaca sesuatu hal yang menjadikan hal tersebut sebagai bahan dalam menulis. Membaca akan mengisi otaknya untuk menulis sebuah tulisan. Hal tersebut akan membuat tulisan lebih berbobot dan berkualitas.


Minggu, 16 Agustus 2015

Menikmati secangkir teh!


Sejak kecil saya sangat suka sekali meminum teh. Biasanya, teh dalam kemasan yang terdapat di kulkas warung/toko langganan saya. Setiap hari sepertinya tidak pernah absen untuk meminum teh tersebut. Seiring waktu, saya mulai kecanduan meminum teh. Rasanya kalau belum minum teh ada yang kurang pada diri saya.

Teh dapat membuat tubuh saya rileks dan nyaman. Setiap tegukan serta aromanya membuat tubuh saya dimanjakan terus menerus. Apalagi, setelah beraktivitas sepanjang hari tubuh dipenuhi rasa penat yang menyiksa. Setelah meminum teh, rasa itu berangsur hilang dan tubuh kembali segar.

Saya menyukai hampir semua jenis teh seperti teh hijau, hitam, olong, dan lain-lain. Namun, ketika ingin menghilangkan rasa penat biasanya saya mengkonsumsi teh melati atau teh lemon. Kedua teh tersebut dapat merilekskan otot-otot saya dengan cara seperti memberi pijatan yang menyegarkan.Lalu ada teh hitam yang juga dapat membantu saya berpikir jernih. Membantu saya dalam berkonsentrasi sehari-hari. Teh yang harganya murah bahkan bisa memanjakan anda seperti di spa yang mahal.

Akhir-akhir ini saya lebih suka menyeduh teh sendiri. Saya mulai jarang membeli teh dalam kemasan tersebut. Saya menyimpan persedian teh celup yang cukup untuk saya seduh ketika ingin meminumnya. Kegiatan menyeduh teh bahkan memberikan kepuasan tersendiri. Saya menemukan kedamaian tersendiri ketika melihat air panas meluruhkan teh tersebut. Air yang tadinya putih, mulai berangsur menjadi kecoklatan. Mungkin aneh, tetapi saya sangat menikmati proses ini.

Meminum teh bukan sekedar meneguk secangkir teh tersebut. Tetapi, menikmati teh tersebut perlahan-lahan dan juga menghirup aromanya. Menghirup aroma teh yang khas merupakan hal yang penting dalam meinum teh. Dengan cara ini, saya biasa mendapatkan ketenangan yang saya inginkan. Lalu, saya menikmati aliran teh tersebut yang masuk ke dalam merilekskan seluruh badan yang penat.

Selain memanjakan tubuh anda, teh juga dikenal sebagai penangkal radikal bebas. Radikal bebas ini yang biasanya menyebabkan penyakit mematikan seperti kanker dan penyakit jantung. Kedua penyakit tersebut memerlukan biaya yang tidak murah untuk penyembuhannya. Jadi, pada akhirnya saya dapat menikmati tubuh saya yang tenang dan juga bebas dari penyakit tersebut.