Jumat, 27 November 2015

Berjalan Kaki

Berjalan kaki merupakan hal krusial pada  diri setiap manusia. Jalan kaki sendiri merupakan cara untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya tanpa bantuan alat. Bahkan, semua mahkluk hidup yang memiliki kaki melakukan hal ini.

Akhir-akhir ini saya sangat menikmati berjalan kaki. Saya merasakan kenikmatan di setiap langkahnya. Saya bahkan menulis berjalan kaki sebagai kegemaran sekarang. Memang, setiap saya berjalan kaki otakku terus berpikir dan merenung tentang hidup. Hal tersebut bahkan tidak kudapat ketika melsayakannya di kamar sendirian. 

Berjalan kaki di bawah pohon-pohon yang tinggi salah satu kunci menemukan kenikmatan tersebut. Udara yang melimpah serta keteduhan dari sang tiang organik tersebut membuat tubuh serta pikiran jernih. Saya bahkan dapat berpikir banyak hal ketika berjalan kaki. Walaupun, pikiran-pikiran tersebut kadang tidak berarti.

Udara sejuk tidak hanya membuat pikiran jernih, tetapi lebih dari itu. Udara segar yang melimpah ruah itu dapat menjaga kesehatan tubuh kita. Apalagi ditambah dengan gerakan periodik kaki kita selama berjalan. Semuanya menjadi kesatuan perawatan tubuh yang tak ternilai. Bahkan mahalnya harga masuk ke tempat pusat kebugaran tubuh tidak dapat memberikan manfaat seperti berjalan kaki. Toh, tempat tersebut pasti dipasang banyak pendingin ruangan yang tidak baik untuk kita. 

Berjalan kaki kadang dapat memunculkan kenangan nostalgia. Berjalan kaki menelusuri jalan yang memiliki kenangan hidup kita akan menimbulkan hal tersebut. Apalagi jalan tersebut jalan yang menyaksikan kita tumbuh dewasa, sibuk pergi ke kantor, dan bahkan menyaksikan kita sedang bersama pasangan.

Saya juga menemukan sesuatu yang membuatku sadar. Ketika saya berjalan kaki, saya merasa dekat kepada Tuhan. Seakan energi tuhan terus mengalir ke diriku selama berjalan kaki. Hal tersebut yang membuat sisi spiritualku semakin sehat. Saya menemukan kedamaian dalam hidup. Kedamaian yang bahkan jarang saya dapatkan ketika bermeditasi ataupun menyendiri di kamar. Rasa damai itu bahkan membuat saya ketagihan untuk terus berjalan.



Sabtu, 22 Agustus 2015

Membaca dan Menulis


Saya ingat, ketika masih kecil saya tidak suka membaca buku. Saya lebih sering menghabiskan waktu saya untuk bermain komputer dan menonton TV. Padahal, saya dulu sering membeli banyak buku. Saya ingat pernah membeli buku seri Harry Potter ketika masih SD dan baru terbaca ketika SMP. Sungguh miris memang, baru sekarang saya mulai ketagihan membaca.

Membaca bukan selalu berarti membaca buku. Membaca artikel ataupun majalah merupakan kegiatan membaca. Ketika SMP, minat saya membaca mulai  tumbuh dengan seringnya membaca artikel di Internet. Banyak sekali artikel yang saya baca, mulai dari artikel tentang teknologi, ilmu pengetahuan, masalah sosial, dan bahkan artikel kesehatan. Saya menikmati setiap informasi yang saya dapatkan ketika membaca. Sekarang, saya sering membaca buku, mulai dari buku umum hingga buku novel.

Pernah saya membaca suatu kutipan dari seorang ilmuwan yang intinya menyuruh kita mengurangi membaca dan mulai berpikir. Memang, ketika membaca kita hanya akan disuguhkan dengan berjuta informasi. Namun, sedikit yang membuat kita memikirkan hal tersebut setelahnya. Kita seakan melahapnya mentah-mentah tanpa berpikir panjang mengenai hal tersebut. Otak kita memang terisi tetapi tanpa ketajaman berpikir yang baik. Tetapi, dengan membaca juga sebenarnya akan membantu kita dalam berbicara, kita dapat beragumentasi dengan suatu bukti yang kuat dari apa yang telah kita baca.  

Sekarang saya senang menulis. Walaupun tidak produktif dan jarang mengeluarkan tulisan utuh. Saya menyadari bahwa menulis dapat menutupi kekurangan dari kegiatan membaca. Dengan menulis saya dapat menajamkan pikiran saya. Saya dapat mencurahkan pemikiran saya terhadap suatu hal, mungkin juga dapat berupa apa yang telah saya baca. Semua itu dapat membantu menutupi borok dari kegiatan membaca.

Saya ingat sekitar 3 tahun lalu ketika saya memulai blog ini. Ketika itu saya masih duduk di kelas 8. Sungguh, tidak pernah terpikirkan oleh saya bahwa saya akan terus menulis blog ini sampai sekarang. Pada waktu itu banyak sekali entri-entri yang saya tulis asal-asalan. Saya menulis curhatan, lirik lagu, dan juga cerita-cerita yang pada akhirnya terkesan tidak nyambung. Namun, hal tersebut membuat saya terus belajar menulis. Terus memproses saya menjadi penulis yang lebih baik lagi.

Salah satu hal yang saya juga sukai dari menulis adalah menulis dapat menata pikiran saya. Selain dengan menulis menata pikiran dapat dilakukan dengan berkata sesuai kaidah bahasa. Menata pikiran dapat membuat kita berpikir sistematis dan kronologis. Hal tersebut sangat bermanfaat di kehidupan sehari-hari.

Katanya, orang yang suka membaca akan memiliki tulisan yang bagus. Tulisan-tulisannya akan bercermin pada apa yang telah ia baca. Banyak pengetahuan dan hal-hal yang akan mempengaruhi pandangan seseorang pada suatu hal karena membaca. Hal tersebut yang pada akhirnya akan menghidupkan tulisan seseorang menjadi lebih enak untuk dibaca.

Mungkin, agak bingung menangkap tulisan ini. Bingung terhadap fokus pada tulisan ini. Menuliskah atau membaca? Sebenarnya saya ingin menyatukannya menjadi suatu kesatuan membaca dan menulis. Orang tidak akan bisa menulis tanpa membaca sesuatu hal yang menjadikan hal tersebut sebagai bahan dalam menulis. Membaca akan mengisi otaknya untuk menulis sebuah tulisan. Hal tersebut akan membuat tulisan lebih berbobot dan berkualitas.


Minggu, 16 Agustus 2015

Menikmati secangkir teh!


Sejak kecil saya sangat suka sekali meminum teh. Biasanya, teh dalam kemasan yang terdapat di kulkas warung/toko langganan saya. Setiap hari sepertinya tidak pernah absen untuk meminum teh tersebut. Seiring waktu, saya mulai kecanduan meminum teh. Rasanya kalau belum minum teh ada yang kurang pada diri saya.

Teh dapat membuat tubuh saya rileks dan nyaman. Setiap tegukan serta aromanya membuat tubuh saya dimanjakan terus menerus. Apalagi, setelah beraktivitas sepanjang hari tubuh dipenuhi rasa penat yang menyiksa. Setelah meminum teh, rasa itu berangsur hilang dan tubuh kembali segar.

Saya menyukai hampir semua jenis teh seperti teh hijau, hitam, olong, dan lain-lain. Namun, ketika ingin menghilangkan rasa penat biasanya saya mengkonsumsi teh melati atau teh lemon. Kedua teh tersebut dapat merilekskan otot-otot saya dengan cara seperti memberi pijatan yang menyegarkan.Lalu ada teh hitam yang juga dapat membantu saya berpikir jernih. Membantu saya dalam berkonsentrasi sehari-hari. Teh yang harganya murah bahkan bisa memanjakan anda seperti di spa yang mahal.

Akhir-akhir ini saya lebih suka menyeduh teh sendiri. Saya mulai jarang membeli teh dalam kemasan tersebut. Saya menyimpan persedian teh celup yang cukup untuk saya seduh ketika ingin meminumnya. Kegiatan menyeduh teh bahkan memberikan kepuasan tersendiri. Saya menemukan kedamaian tersendiri ketika melihat air panas meluruhkan teh tersebut. Air yang tadinya putih, mulai berangsur menjadi kecoklatan. Mungkin aneh, tetapi saya sangat menikmati proses ini.

Meminum teh bukan sekedar meneguk secangkir teh tersebut. Tetapi, menikmati teh tersebut perlahan-lahan dan juga menghirup aromanya. Menghirup aroma teh yang khas merupakan hal yang penting dalam meinum teh. Dengan cara ini, saya biasa mendapatkan ketenangan yang saya inginkan. Lalu, saya menikmati aliran teh tersebut yang masuk ke dalam merilekskan seluruh badan yang penat.

Selain memanjakan tubuh anda, teh juga dikenal sebagai penangkal radikal bebas. Radikal bebas ini yang biasanya menyebabkan penyakit mematikan seperti kanker dan penyakit jantung. Kedua penyakit tersebut memerlukan biaya yang tidak murah untuk penyembuhannya. Jadi, pada akhirnya saya dapat menikmati tubuh saya yang tenang dan juga bebas dari penyakit tersebut.  


Sabtu, 02 Mei 2015

Melihat lebih dekat, SMAN 3 BANDUNG.

            Pada posting kali ini saya akan mengulas sedikit tentang sekolah saya. Kebetulan saya diberi kesempatan untuk bersekolah di salah satu sekolah favorit di kota Bandung, bahkan di Indonesia (hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang berasal dari luar kota). Sekolah ini terletak di jantung kota Bandung, tepatnya di jalan Belitung No 8. Bangunan sekolah ini tidak sepenuhnya milik SMA 3, karena bangunan yang bercorak Belanda ini digunakan bersama dengan SMA 5.

Siapa yang tidak tergoda dengan bangunan khas Belanda itu?
            Pertama, saya akan membahas pembelajaran disini (termasuk kurikulum dan lain-lain). Sekolah ini menerapkan SKS (Sistem Kredit Semester) untuk setiap muridnya mulai dari tahun ajaran 2010/2011. SKS sendiri merupakan sistem yang biasa dipakai oleh perguruan tinggi. Setiap siswa nantinya akan dibebankan sekitar 144 sks untuk ditempuh dalam kurun waktu 3 tahun dan maksimal 5 tahun. Namun bedanya, siswa hanya dapat mengambil mata pelajaran di tahun selanjutnya bukan pelajaran pilihan seperti perguruan tinggi. Misalnya ketika semester 2, siswa dapat mengambil beberapa pelajaran di semester 4. Pelajaran yang diambil tersebut harus dikuti selama 1 semester dan memperoleh nilai minimal KKM untuk dapat lulus. Jika mahasiswa umumnya dapat lulus lebih awal, siswa disini tidak.

Peserta didik hanya dapat mengambil mata pelajaran non-jurusan (IPA/IPS) dan pelajaran UN. Pelajaran yang dapat diambil antara lain Sejarah, Seni Budaya, PKN, Agama, dan Bahasa Sunda (pelajaran mulok di Bandung). Keuntungan sistem ini adalah siswa tidak harus mengulang seluruh pelajaran jika terdapat satu mata pelajaran yang tidak tuntas. Namun, imbasnya siswa harus mengikuti SP (Semester Pendek) jika belum memenuhi KKM dan mengontrak ulang jika masih belum tuntas.

Mungkin sistem ini dirasa berat. Tetapi, sistem ini sebenarnya ringan namun tetap saja guru membuatnya terasa lebih berat. Guru selalu memberikan cukup banyak tugas, dan ini cukup menyita waktu dan tenaga para siswa. Namun, semua itu akan terasa ringan jika sudah terbiasa hehehe.

Guru-guru disini saya rasa sangat hebat. Mereka sangat menguasai apa yang akan disalurkan kepada kita. Ya walaupun ada beberapa guru yang menurutku kurang sreg. Tetapi secara keseluruhan mereka hebat. Beberapa guru disini bahkan memiliki banyak prestasi nasional mulai dari OSN Guru, lomba lingkungan, dan bahkan menjabat sebagai presiden asosiasi guru indonesia.


Sekolah akan kurang jika tidak adanya siswa. Siswa di SMA 3 sangat beragam. Mulai dari yang pergi-pulang-pergi-pulang saja hingga yang pergi-ekskul-telat pulang. Siswa-siswi disini juga ada yang maniak belajar dan juga ada yang kurang bersemangat belajar. Disini juga ada yang kuper hingga anti sosial dan ada juga yang hobinya nongkrong setiap hari. Keberagaman merupakan ciri khas dari SMA ini. Semoga ulasan ini dapat orang-orang yang penasaran dengan sekolah ini. 

Aku dan sebundel mimpi

Dari kecil aku selalu bermimpi, mimpi ini sangat besar. Seakan-akan mimpi ini seperti fiksi dongeng yang berakhir bahagia. Tetapi, aku bukan seorang fiktif, aku hidup di dunia nyata. Mimpiku itu memang sulit tercapai untuk orang sepertiku, lain halnya dengan orang lain. Mereka akan dengan mudah mendapatkan mimpinya yang juga merupakan mimpiku.


Mimpiku memang sederhana, yaitu sekolah di luar negeri. Alasanku untuk sekolah ke luar negeri adalah untuk melihat dunia lebih luas. Aku tidak ingin hanya terus berada di sebuah boks yang luas tapi tertutup. Tetapi banyak sekali hambatan yang membuat mimpiku ini hanya menjadi sebuah lamunan. Hal yang merupakan penghambatku adalah biaya.


Aku bukan berasal dari keluarga kaya raya yang dapat membayar penuh uang sekolah di luar negeri. Namun, aku selalu ingat sebuah pesan dari seorang yang selalu menginspirasiku, “...Jangan pernah takut mendaftar karena biaya..” Kata-kata ini selalu menghidupkan mimpiku yang kadang redup oleh penghambat itu. Kata-kata ini selalu menjadi penyemangatku dalam meraih mimpi besarku ini.


Dari SMP sudah banyak hal yang saya persiapkan untuk mimpi ini. Saya pernah mendaftar beasiswa secondary school di Singapura. Tetapi setelah saya mendapat email untuk mengikuti tes tersebut, saya membatalkanya. Tes tersebut dilaksanakan tepat saat acara wajib sekolah saya. Sebenarnya, saya membatalkanya bukan tanpa alasan yang lebih baik. Saya juga rasa persiapan untuk tes tersebut sangat tidak matang, banyak materi tes yang belum saya kuasai. Jadi, kemungkinan besar saya gagal untuk tes tersebut.

Logo UWC
Namun, saya tidak akan pernah menyerah. Saya mulai membuat rencana baru untuk mimpi saya. Yang pertama adalah, saya akan mencoba beasiswa UWC (United World College). UWC terdapat di beberapa negara di dunia, yang terdekat di Singapura. UWC ini semacam foundation program atau setingkat sma selama 2 tahun. Selepas UWC, saya dapat mengikuti ujian SAT untuk mendaftar universitas di amerika, atau mengikuti ujian IB untuk mendaftar di universitas beberapa negara. Untuk jalur saya yang pertama ini, saya akan mencoba mendaftar di McGill University (Canada) atau University of Australia.

Namun, mendapatkan beasiswa penuh UWC tidak semudah mendapatkan beasiswa parsial yang ditawarkan. Oleh karena itu, saya merencanakan sebuah rencana lain. Rencana kedua ini dapat saya laksanakan selepas lulus SMA nanti. Yaitu mendaftar di salah satu universitas di Singapura, NTU. Sebagai siswa Indonesia yang menggunakan kurikulum nasional, sangat sulit untuk memasuki universitas top di berbagai negara. Bahkan untuk menjadi mahasiswa NTU dengan hasil UN hanya dapat didaftarkan setelah satu tahun ajaran. Hal ini berarti saya harus menunggu 1 tahun untuk dapat masuk ke universitas tersebut. Harapan saya menjadi semakin pudar.


Namun, ungkapan “Banyak sekali jalan menuju roma” itu benar adanya. NTU mengadakan seleksi sendiri untuk calon mahasiswa internasional setiap tahun. Tes tersebut diadakan beberapa bulan sebelum tahun ajaran baru. Ini berarti saya dapat langsung menjadi mahasiswa tersebut tanpa harus menunggu 1 tahun ajaran. 1 tahun menganggur itu tidak enak loh. Kemudian, tes tersebut terdiri dari 3 buah tes yaitu, Matematika (A/AO level tergantung jurusan), Bahasa Inggris (Wajib), dan Fisika/Kimia (Tergantung jurusan). Semua tes tersebut menggunakan kurikulum gce Singapura. Yang berarti sulit untuk siswa seperti saya. Tetapi, semua itu dapat dikejar kan? Semoga saya beruntung untuk tes NTU AY 2017/2018. 





Kamis, 23 April 2015

Movie Synopsis : Fiksi (2008)

Kesempatan kali ini saya akan meresensi sebuah film Indonesia karya Mouly Sourya dan Joko Anwar yang berjudul fiksi. Film tahun 2008 ini sukes meraih banyak nominasi serta memenangkan film terbaik di festival film indonesia 2008. Film ini juga termasuk film Indonesia terbaik sepanjang masa (menurut saya hehehe)

Film ini bertemakan gangguan psikologis tapi tanpa adegan jagal. Adegan-adegan bisu yang membuat penonton terus berpikir apa yang akan terjadi selanjutnya sangat menarik. Film ini sukses menvisualisasikan sebuah obsesi dari seorang gadis yang terganggu jiwanya. Sebuah obsesi gila yang hanya akan terpikirkan olehnya. Obesesi yang pada akhirnya membuat film ini sangat layak ditonton. 

Cerita dimulai oleh Alisha seorang gadis kaya raya. Hidupnya sangat berkecukupan.Hobinya bermain cello di kamar paling atas. Ia tinggal bersama ayah serta Bu Tuti (Kepala Asisten Rumah Tangga) dan juga seorang supir yang selalu setia menemani alisha. Kemudian datanglah Bari, seorang pekerja serabutan yang sementara menggantikan tugas tukang bersih-bersih di rumah alisha. Alisha sering sekali mengamati Bari dari kejauhan. Hingga pada akhirnya ia tergila-gila olehnya. Setiap hari Bari selalu datang untuk membersihkan kolam di rumah Alisha. Hal ini yang membuat Alisha selalu tergila-gila olehnya. 

Namun, suatu hari Bari absen dari tugasnya. Ya, hari itu adalah hari dimana tukang bersih di rumah Alisha kembali bekerja. Alisha yang penasaran menanyakan hal tersebut kepada Bu Tuti, Bu Tuti memberi tahu kalau Bari selalu pergi ke Blok S untuk Bekerja sebagai tukang bersih-bersih. Alisha kemudian pergi ke Blok S dan berharap bertemu Bari disana.

Dan, Bari pun ada disana. Alisha hanya mengamatinya dari kedai minuman sambil meminum es jeruk. Tanpa pikir panjang Ia langsung mengejar Bari hingga ke tempat ia tinggal, sebuah rumah susun. Ia mengikuti hingga ke kamar 65, kamar Bari dan Renta. Alisha kemudian melihat sebuah tulisan di kamar 66 "Disewakan" dan tanpa perlu lama Alisha pun langsung memiliki ide. 

Ia kemudian kabur dari rumah, dengan cara yang cukup cerdik. Ia pun kabur ketika diantar supirnya untuk les cello. Alisha kembali ke rumah susun tersebut. Dan ia pun akhirnya resmi menjadi penghuni rumah susun no 66 tersebut. Pada suatu hari tiba-tiba Bari mengunjungi Alisha yang sedang pukul-pukul wastafel yang membuat suara mengganggu di rumah susun tersebut. Ia pun bilang bahwa temanya Renta sedang belajar. Akhirnya setelah masalah terselesaikan. Ia mengajak Alisha untuk bertemu dengan Renta. Renta adalah "partner in crime"nya Bari. Mereka hidup berdua, namun tanpa ikatan pernikahan. Setelah berekanalan, Alisha semakin gila terhadap Bari. 

Pada suati hari, Alisah sedang bermain Cello. Kemudian datang bari kamar Alisha. Sebuah dialog pun terjadi antara mereka berdua. Sampai pada akhirnya Bari, memberikan cerita-cerita yang ia tulis kepada Alisha untuk dibaca. Bari sangat bingung bagaimana ceritanya berakhir. Cerita bari tentang 3 orang penghuni rumah susun yang unik, hubungan antara ayah-anak yang sangat tidak biasa, seorang perawan tua yang aneh, serta seorang penghuni teras rumah susun. 

Kegilaan dan obsesi pun kembali di mulai. Alisha merencanakan sebuah ending untuk setiap cerita yang Bari buat. Namun, Alisha tidak hanya memikirkan cerita Bari, tapi ia juga akhirnya menyalurkan obsesinya terhadap bari. Sebenarnya bagaimana cerita itu akhirnya berakhir? Akan kan cerita tersebut berakhir klise? Semua itu hanya ada di fiksi.